Pengertian, Jenis-jenis, Contoh Klausa - INIRUMAHPINTAR.com

Pengertian, Jenis-jenis, Contoh Klausa

INIRUMAHPINTAR - Dalam pembelajaran kali ini, jendela ilmu mengajak pembaca untuk mengidentifikasi pengertian dan jenis-jenis klausa melalui contoh klausa yang disertakan agar benar-benar mampu memahami definisi; menentukan jenis-jenis klausa berdasarkan kategori, struktur, dan fungsi; menggunakan berbagai jenis, struktur, klausa sesuai dengan konteks; serta membedakan kalimat, frase, dengan klausa dan memberikan contoh. 

Setelah mempelajari frasa pada pembahasan sebelumnya, pada kesempatan ini penulis mengajak pembaca untuk melanjutkan pembelajaran untuk memahami satuan komponen bahasa yang lebih tinggi, yaitu klausa.

Pengertian Klausa

Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat serta berpotensi menjadi kalimat. 

Dengan kata lain, klausa dapat diartikan sebagai suatu konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung hubungan fungsional yang menurut tata bahasa tradisional dikenal sebagai subjek dan predikat. Klausa merupakan bagian dari kalimat yang luas atau kalimat majemuk.


Jenis-Jenis Klausa

Jenis klausa dapat dibedakan berdasarkan struktur dan berdasarkan kategori yang menjadi predikatnya. Berdasarkan strukturnya, klausa dapat dibedakan menjadi klausa bebas dan klausa terikat.
  1. Klausa bebas (disebut juga klausa utama atau induk kalimat) adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap, sekurang-kurangnya mempunyai subjek dan predikat. Oleh karena itu, klausa bebas mempunyai potensi untuk menjadi kalimat mayor (sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat). Klausa ini dapat berdiri sendiri dan cirinya tidak boleh didahului konjungsi. Contoh: ibuku sangat cantik, ayahku ganteng sekali, bapak membaca surat kabar, dsb.
  2. Klausa terikat (disebut juga klausa bawahan atau anak kalimat) adalah klausa yang tidak memiliki struktur lengkap seperti klausa bebas. Unsur dalam klausa ini mungkin subjek saja, objek saja, atau berupa keterangan saja. Oleh karena itu, klausa terikat tidak berpotensi menjadi kalimat mayor. Contoh klausa tadi pagi dapat menjadi kalimat jawaban untuk pertanyaan: Kapan adik pergi ke sekolah?; atau pergi ke sekolah dapat menjadi kalimat jawaban untuk kalimat tanya: Adik hendak ke mana? Selain itu, klausa terikat biasanya dapat dikenali dengan adanya konjungsi (penghubung antakata, antarfrase(a), antarklausa, dan antarkalimat) di depannya. Contoh: klausa terikat ibu sedang memasak di dapur di dalam kalimat ayah menonton tv ketika ibu sedang memasak di dapur.
Berdasarkan kategori unsur yang menjadi predikatnya, jenis klausa dapat dibedakan menjadi klausa verbal, klausa nominal, klausa ajektival, klausa adverbial, dan klausa preposisional. 

1. Klausa Verbal 
Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya berkategori verba (kata kerja). Contohnya: nenek berjemur, adik menari, sapi berjalan, matahari terbit, dsb. Kemudian berdasarkan tipe verba, jenis klausa terbagi lagi menjadi klausa transitif dan klausa intransitif.
  1. Klausa transitif, yaitu klausa yang predikatnya berupa verba transitif (memerlukan objek). Contoh: nenek menulis novel, kakek membaca email, dsb
  2. Klausa intransitif, yaitu klausa yang predikatnya berupa verba intransitif (tidak memerlukan objek). Contohnya: adik menangis, katak melompat, kami berlari, dsb.
2. Klausa Nominal
Klausa nominal adalah klausa yang predikatnya berupa nomina atau frase nomina (kata benda). Contoh: Ibunya guru matematika,  ayahnya dulu petani, suaminya direktur perusahaan minyak, dsb.

3. Klausa Ajektival
Klausa ajektival adalah klausa yang predikatnya berkategori ajektif (kata sifat), baik berupa kata tunggal maupun frase. Contoh: mobil itu pelan sekali, kucing itu manis sekali, rumah ini sangat bersih, dsb.

4. Klausa Adverbial
klausa adverbial adalah klausa yang predikatnya berupa adverbia (keterangan). Dalam bahasa Indoensia klausa adverbial sangat terbatas, sejalan dengan jumlah kata atau frase adverbia yang juga tidak banyak. Contoh: Nakalnya teramat sangat, dsb.

5. Klausa Preposisional
Klausa preposisional adalah klausa yang predikatnya berupa frase yang berkategori preposisi (kata depan). Contoh: adik di kamar, kakak ke sekolah, kami dari Papua, dsb. Dengan catatan bahwa, dalam bahasa Indonesia ragam tidak baku, klausa preposisional ini cukup produktif, tetapi dalam ragam baku, konstruksi ini dianggap salah. Dalam ragam bahasa Indonesia baku ketiga kalimat di atas seharusnya menjadi: adik ada di kamar, kakak pergi ke sekolah, kami datang dari Papua, dsb. Jadi,, setelah ditambahkan kata ada, pergi, dan datang, klausa-klausa tersebut telah menjelma menjad klausa verbal yang dilengkapi keterangan. Dengan demikian, klausa preposisional banyak dijumpai dalam bahasa tidak baku saja.

6. Klausa Numeral
Klausa numeral adalah klausa yang predikatnya berupa kata atau frase numeralia. Contohnya: gaji ayahku satu juta sebulan, telurnya dua butir, sepatuku dua pasang, dsb. Sama dengan klausa preposisional, klausa verbal juga banyak ditemui dalam bahasa tidak baku. Dalam ragam baku, kalimat-kalimat di atas seharusnya menjadi: gaji ayahku adalah satu juta sebulan, telurnya ada dua butir, sepatuku ada dua pasang, dsb. 

Berdasarkan fungsinya, klausa ternyata dapat menduduki fungsi subjek, objek, keterangan, dan pelengkap. Berikut penjelasannya:

1. Klausa Subjek
Subjek adalah bagian klausa yang berwujud nomina atau frasa nominal yang menandai apa yang dinyakatan oleh pembicara (penulis). Di dalam bahasa Indonesia, subjek biasanya mendahului predikat, seperti: berlibur kami sekeluarga, berenang itu menyehatkan, bermain itu menyenangkan.

2. Klausa Objek
Objek adalah bagian klausa yang berwujud nomina atau frasa nominal yang melengkapi verba transitif. Objek dikenai perbuatan yang disebutkan dalam predikat verbal. Objek dapat dibagi menjadi objek langsung dan objek tak langsung. Objek langsung adalah objek yang langsung dikenai perbuatan yang disebutkan dalam predikat verbal sedangkan objek tak langsung adalah objek yang menjadi penerima atau yang diuntungkan oleh perbuatan yang terdapat dalam predikat verbal. Contoh objek langsung: bibi sedang mengepel lantai, paman mengambil air, dsb. Contoh objek tak langsung: bibi sedang mengambil nasi untuk paman, ibu menyiapkan susu untuk adik, dsb.

3. Klausa Keterangan
Klausa keterangan adalah klausa yang menjadi bagian luar inti, yang berfungsi meluaskan atau membatasi makna subjek atau makna predikat. Contohnya:
  1. keterangan akibat: koruptor itu dihukum mati
  2. keterangan sebab: karena hujan, ia tidak jadi berangkat
  3. keterangan jumlah: bagai pinang dibelah dua
  4. keterangan alat: diganti dengan mesin sablon
  5. keterangan cara: disepakati dengan mufakat, diberhentikan dengan hormat
  6. keterangan kualitas: menulis dengan cepat, berbicara dengan fasih, berlari bagai kilat
  7. keterangan modalitas: tidak mungkin dia bersalah, mustahil itu terulang
  8. keterangan pewatas: dijelaskan lebih detail, penjelasan lebih lanjut
  9. keterangan subjek: anak yang sopan, rumah yang bersih, siswa yang rajin
  10. keterangan syarat: melompatlah jika kau berani, pergilah apabila kau sanggup
  11. keterangan tujuan: belajar untuk lulus, makan untuk hidup, ibadah untuk ketenangan hati
  12. Keterangan tempat: pulang dari sekolah, pergi ke Jakarta, berangkat ke Surabaya 
  13. Keterangan waktu: menanti hingga minggu depan, berangkat di waktu subuh
  14. Keterangan perlawanan: walaupun lama, sampai juga ditujuan 

    4. Klausa Pelengkap
    Klausa pelengkap adalah klausa yang terdiri atas nomina, frasa nominal, adjectiva, atau frasa adjektival yang merupakan bagian dari predikat verbal, contohnya:
    1. Adikku menjadi polisi
    2. Mereka bermain kelereng
    3. Paman berdagang mukenah
    4. Persoalan itu dianggap sulit
    5. Bang Roma menyanyi dangdut
    6. Kami dianggap patung
    7. Peradilan kita berdasarkan Undang-Undang

    Apa perbedaan Frase, Klausa, dan Kalimat 

    Untuk mengetahui perbedaan mendasar antara frase, klausa, dan kalimat, pembaca perlu mengidentifikasi bentuk-bentuknya. Frase bersifat nonpredikatif (bentuknya tanpa predikat), klausa bersifat predikatif (bentuknya harus berpredikat), dan kalimat sedikitnya harus memiliki subjek dan predikat. Namun demikian, jika frase dan klausa diakhiri dengan intonasi final (berupa tanda baca), secara otomatis bentuknya berubah menjadi kalimat. Perhatikan contoh berikut ini:
    Mahalkah harga sembako saat ini?
    - Mahal sekali! (kalimat) -> tanpa tanda seru (!), mahal sekali adalah frase

    Kakak ingin membeli apa?
    - Sepatu bola. (kalimat) -> tanpa tanda titik (.), sepatu bola adalah frase

    Sama halnya dengan frase, klausa juga berpotensi menjadi kalimat jika dibubuhi intonasi final. Misalnya:

    Kakak sedang belajar (klausa)
    Kakak sedang belajar. (kalimat)

    Adik berangkat ke sekolah (klausa)
    Adik berangkat ke sekolah. (kalimat)

    Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa frase dan klausa dapat berpotensi menjadi kalimat jika setiap frase dan klausa dibubuhi intonasi final (tanda baca).

    Referensi: 

    1. Judul buku: Cendekia Berbahasa Bahasa dan Sastra Indonesia untuk kelas XII SMA/MA Program Bahasa, Pengarang: Erwan Juhara, Eriyandi Budiman, dan Rita Rohayati.
    2. Judul buku: Sintakis untuk Mahasiswa Strata Satu jurusan Bahasa atau Linguistik dan Guru Bahasa Indonesia SMA/SMK, Pengarang: Prof. Dr. E. Zaenal Arifin dan Dra. Junaiyah H. M., M.Hum
    3. Judul buku: Big Book SBMPTN SOSHUM 2016, Pengarang: Dewi Rossalia, M.Pd., Moch. Amin Mukhyiddin, Lusi Susilawati, Nurul Hudha, Alvina Kusuma, Muh. Amien, Adip M.S., Estiwi R.P., Yuli Pratiwi, Triyani, D. C. Ningsih

    Demikian pembahasa lengkap tentang Pengertian, Jenis-jenis, Contoh Klausa. Semoga bermanfaat! 

    No comments:

    Post a Comment

    Terimakasih atas kepatuhannya melakukan komentar yang sopan, tidak menyinggung S4R4 dan p0rnografi, serta tidak mengandung link aktif, sp4m, iklan n4rk0ba, senj4t4 ap1, promosi produk, dan hal-hal lainnya yang tidak terkait dengan postingan. Jika ada pelanggaran, maaf jika kami melakukan penghapusan sepihak. Terimakasih dan Salam blogger!