9 Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Permintaan Barang atau Jasa - INIRUMAHPINTAR.com

9 Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Permintaan Barang atau Jasa

INIRUMAHPINTAR - Sebutkan dan jelaskan 9 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Permintaan Barang atau Jasa? Wah, untuk menjawab pertanyaan tersebut, tentu saja kita harus tahu dulu beberapa hal. Pertama, apa sih permintaan itu dalam  ilmu ekonomi?  Ternyata, permintaan dikenal dalam bahasa Inggris sebagai demand, yang berarti jumlah barang atau jasa yang siap dan sanggup dibeli oleh pemakai (konsumen) selama jangka waktu tertentu dalam situasi-situasi tertentu. Berbicara tentang durasi waktu, tentu saja tidak terbatas. Bisa saja waktu yang dimaksud hanya 1 jam, 7 jam, 9 jam, 24 jam, 1 hari, 7 hari, 9 hari, 1 minggu, 7 minggu, 9 minggu, 1 bulan, 7 bulan, 9 bulan, 1 tahun, 7 tahun, 9 tahun, atau jangka waktu lain yang sesuai acuan tertentu. 

Selanjutnya, apa yang dimaksud situasi-situasi tertentu? Hal-hal inilah yang dimaksudkan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan, baik terhadap suatu barang, jasa, atau gabungan keduanya. Dalam hal ini, permintaan tidak boleh hanya terfokus kepada barang saja, atau jasa saja, karena dalam situasi sebenarnya, terkadang permintaan itu berobjek pada kombinasi antara barang dan jasa. 

Lalu, yang mana saja dimaksud sebagai faktor-faktor tersebut? Untuk mengetahu lebih mendalam, mari kita baca penjelasan lengkap tentang 9 Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Permintaan Barang atau Jasa di bawah ini!

1. The Price of Good (Harga barang atau jasa)

Faktor yang pertama yaitu The Price of Good (Harga barang atau jasa). Artinya, tinggi rendahnya harga barang pada periode tertentu akan mempengaruhi banyaknya konsumen yang siap dan sanggup membelinya. Jika misalnya, di periode menjelang bulan suci Ramadhan, harga tomat dan cabai melonjak tinggi, maka jumlah permintaan kemungkinan akan berkurang dibandingkan andaisaja harga tomat dan cabai di nilai normal. Begitupun dengan harga jasa "cukur rambur". Karena harganya yang jarang berubah dalam situasi apapun dalam jangka waktu tertentu, maka permintaan untuk jasa tersebut tetap stabil. Pengecualian barulah terjadi, jika sewaktu-waktu ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi. 

2. The Consumer's Income (Penghasilan Konsumen)

Faktor yang kedua yaitu penghasilan atau pendapatan konsumen. Dalam hal ini, besar kecilnya penghasilan konsumen sangat mempengaruhi banyak sedikitnya permintaan yang akan dilakukan di pasar. Ketika penghasilan seseorang tinggi, maka jumlah permintaannya pun berpeluang semakin tinggi. Begitu pun sebaliknya, semakin rendah penghasilan seorang konsumen maka jumlah permintaannya pun semakin turun. Namun, tentu saja, selalu ada pengecualian. Misalnya ada orang kaya yang meskipun penghasilannya tinggi dan tabungannya banyak, tetapi karena ingin hidup sederhana, maka ia tidak meningkatkan belanja atau permintaan terhadap barang-barang tertentu. Dalam hal ini, faktor yang mempengaruhi permintaan tidak pernah berdiri sendiri. Selalu ada keterkaitan dengan faktor-faktor yang lain-lainnya.

3. The Price of Related Goods or Services (Harga Barang atau Jasa Terkait)

Faktor ketiga yaitu harga barang atau jasa terkait. Apa artinya, ketika seorang konsumen ingin membeli suatu barang atau jasa, tentu saja konsumen tersebut menimbang-nimbang sebelum mengambil keputusan. Salah satu proses yang dilakukannya yaitu dengan membanding-bandingkan suatu produk atau jasa dengan produk atau jasa yang terkait. Dalam istilah lain, produk atau jasa tersebut dapat diistilahkan sebagai barang atau jasa pengganti. Misalnya, ketika seorang mama muda yang berencana membelikan baju kemeja untuk suami tercintanya, tentu ia tidak begitu saja menanyakan harga, menawar, dan langsung membeli. Tentu ia melakukan perbandingan dengan kemeja-kemeja yang lain. 

Apa yang dibandingkan? Tentu saja, bergantung sudut pandang si mama muda. Namun, salah satu acuan perbandingan yang paling umum adalah harga. Ketika barang atau jasa pengganti jauh lebih murah, konsumen tentu saja bisa beralih dan mempengaruhi jumlah permintaan terhadap barang utama. Artinya, permintaan menurun. Begitu pun sebaliknya, ketika barang atau jasa terkait yang lain jauh lebih mahal atau berbeda selisih sedikit, konsumen yang profesional biasanya tetap memilih barang utama. Contoh lain, dapat kita perhatikan pada ibu-ibu atau bapak-bapak konsumen di hari pasar. Mereka lebih senang menyerbu baju-baju atau celana-celana second yang impor daripada membeli barang baru yang sejenis. Salah satu pertimbangannya adalah hemat di kantong. Dalam hal ini, jumlah permintaan untuk barang baru buatan dalam negeri mengalami penurunan karena ditekan oleh barang sejenis, karena harga jauh lebih murah.


4. Consumer Expectation (Ekspektasi Konsumen/Pemakai)

Faktor keempat yaitu ekspektasi konsumen. Apa artinya? Konsumen pintar bukan membeli barang atau jasa tanpa perencanaan dan strategi, apalagi jika penghasilan pas-pasan sementara kebutuhan keluarga meninggi. Konsumen pintar selalu memiliki prediksi. Nah, prediksi ini adalah bagian dari kecerdasan ekspektasi. Maksudnya apa? ketika konsumen memiliki ekspektasi bahwa suatu barang atau jasa akan mengalami kenaikan harga atau pembatasan stok di periode berikutnya, maka ia selalu terdepan membeli barang atau jasa tersebut jauh-jauh sebelum periode hasil prediksinya tiba. Dalam hal ini, permintaan terhadap barang atau jasa tersebut dapat meningkat drastis. Contoh yang paling konkrit, misalnya menjelang hari raya atau akhir tahun, harga pakaian seperti mukenah dan baju muslimah dipastikan meninggi. Orang-orang biasanya akan membeli berapapun harganya karena waktu semakin mepet. Namun, ibu-ibu pintar melakukan hal berbeda, satuatau dua bulan sebelum hari raya tiba, ia telah membeli baju muslimah sesuai kebutuhannya. Selain diuntungkan oleh harga yang masih stabil, juga tidak dikejar waktu sehingga terhindar dari salah beli. 

Ekspektasi yang lain, mencakup besarnya penghasilan konsumen. Ketika seorang konsumen mempunyai ekspektasi akan memperoleh penghasilan lebih di jangka waktu tertentu, ia berpeluang akan bersiap-siap memesan atau membeli barang atau jasa tertentu. Artinya, permintaan naik. Sebaliknya, jika ekspektasinya terhadap penghasilannya minim di suatu periode, maka permintaannya pun menurun. Jadi, ekspektasi bisa berkaitan dengan harga barang, jumlah penghasilan, dan persentase ketersediaan barang atau jasa di masa akan datang. 

5. The Taste of Consumers (Selera Konsumen)

Faktor yang kelima yaitu selera konsumen. Apa artinya? Besar kecilnya minat atau selera konsumen terhadap suatu barang atau jasa, akan berdampak pada besar kecilnya jumlah permintaan. Mengapa demikian? Ketika terjadi perubahan mode atau tren yang berkembang pada suatu produk, maka konsumen pun akan menyesuaikan diri. Akibatnya, permintaan terhadap barang lama akan menurun. Sementara itu, permintaan terhadap baru yang mengikut tren akan meningkat. Namun, jumlah permintaan ini tidak pernah berlangsung sangat lama dan konsisten dari waktu ke waktu. Selalu ada saja faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan. Tentu kita masih ingat, ketika Indonesia dilanda tren batu cincin. Hampir semua laki-laki tiba-tiba menambah stok permintaan terhadap batu cincin. Artinya, selera konsumen terhadap batu cincin pada periode tersebut meningkat. Dengan kata lain, jumlah permintaan batu cicin naik tajam. 

6. The Number of Potential Consumers (Banyaknya Konsumen Potensial)

Faktor keenam yaitu banyaknya konsumen potensial. Apa maksudnya? Tidak semua pembeli dapat digolongkan sebagai konsumen potensial. Mengapa demikian? ternyata, ada pembeli yang sanggup dan siap membeli suatu barang dan jasa,  dan ada juga pembeli yang hanya berminat tetapi belum mampu mewujudkannya. Dengan kata lain, semakin banyak konsumen potensial di suatu produk atau saja, maka jumlah permintaan berpotensi meningkat. Sebaliknya, ketika jumlah konsumen potensial di suatu produk atau saja tidak mengalami kenaikan, maka jumlah permintaan pun berpotensi turun. 

Hal ini dapat pula dipelajari oleh pembuat produk atau jasa sebelum mendirikan usaha. Terlebih dahulu, telah ada evaluasi dan kajian-kajian kelayakan bisnis tentang jumlah konsumen potensial yang mungkin tertarik pada produknya. Contoh konkrit yang bisa diambil sebagai pelajaran yaitu ketika seseorang mendirikan sebuah lembaga kursus atau bimbingan belajar. Tentu saja, konsumen potensialnya adalah pelajar sekolah. Ketika, lokasi lembaga atau bimbingan belajar tersebut didirikan tidak jauh dari pusat-pusat pendidikan seperti sekolah dan perumahan penduduk, maka jumlah konsumen potensial berpeluang banyak. Namun, perlu melihat juga faktor-faktor lain, misalnya penghasilan masyarakat sekitar. Meskipun banyak pelajar, jika mereka tidak mampu dari segi finansial maka mereka pun bisa dikatakan sebagai konsumen potensial. Jadi, status potensial yang disandang oleh konsumen bergantung dari banyak faktor.

7.  Advertising Expenditure (Biaya Iklan)

Faktor ketujuh yaitu biaya iklan. Apa artinya? Menurut teori ekonomi, banyak sedikitnya biaya iklan mempengaruhi banyak tidaknya jumlah permintaan. Dengan kata lain, semakin tingginya biaya iklan, maka banyak konsumen potensial dapat terjaring, sehingga berpeluang meningkatkan jumlah permintaan. Begitu pun sebaliknya, ketika biaya iklan ditepis, jumlah konsumen potensial seadanya saja, dan jumlah permintaan berpotensi tidak meningkat, kecuali ada faktor-faktor lain yang mendukung. 

Contoh konkritnya, silahkan lihat banyaknya iklan yang tampil di sela-sela acara TV. Iklan suatu produk, sebut saja iklan sabun mandi, bisa tampil berulang-ulang kali di TV hingga kita sebagai penonton dapat hafal lirik iklannya. Apa pengaruhnya, sebagai konsumen tentu kita akan membeli produk-produk yang telah kita kenal. Jadi, sekiranya kita datang ke pasar swalayan, dan melihat-lihat produk, tentu kita sebagai konsumen akan memilih dan mempertimbangkan produk yang akan dibeli berdasarkan informasi dari iklan. Artinya, iklan dapat mempengaruhi selera konsumen. Dan jika hal itu membuatnya menjadi konsumen potensial, jumlah permintaan terhadap produk tersebut akan meningkat. 

Contoh lain, Anda yang bergelut di dunia publisher iklan berbasis Pay Per Click (PPC) di dunia blogging, misalnya Adsense, tentu sudah familiar dengan jenis iklan yang tampil di blog. Ketika suatu blog memiliki keidentikan dengan konten iklan, besar kemungkinan selera konsumen untuk melakukan klik iklan semakin tinggi. Artinya, permintaan terhadap produk yang diiklan di dalam suatu blog juga mengalami peningkatan. Namun, tentu saja, faktor lain seperti banyak sedikinya traffik di blog tersebut ikut mempengaruhi.

8. Features or Atributes of the Product (Fitur atau Atribut Produk)

Faktor kedelapan yaitu fitur atau atribut produk. Mirip dengan fungsi iklan, fitur atau atribut suatu produk atau jasa pun sangat mempengaruhi selera konsumen. Dengan kata lain, fitur produk adalah cerminan dari produk atau jasa. Semakin menarik fitur atau atribut suatu barang atau jasa, masa berpeluang menarik hati banyak konsumen dan hasilnya permintaan terhadap barang atau jasa tersebut meningkat juga. 

Contoh nyata, pernahkah sahabat pembaca mendengar slogan dari sebuah minuman anti masuk angin di iklan TV yang berbunyi "orang pintar minum t0lak angin". Slogan tersebut adalah bagian dari fitur-fitur suatu produk. Jika slogan tersebut berhasil mempengaruhi selera konsumen, maka besar kemungkinan permintaan terhadapat produk tersebut meningkat. 

Atribut lain dapat ditemukan di kemasan suatu produk, sebut saja mie instan. Coba perhatikan gambar di pembungkusnya. Sangat menggugah selera bukan? Padahal, ketika kita sebagai konsumen ingin memasak mie instan tersebut, sangat jauh dari rasa yang diharapkan. Itulah pentingnya suatu label, fitur, atau attribut suatu produk. Semakin baik memikat konsumen, besar kemungkinan semakin banyak permintaan.

9. The Other Related Factors (Faktor-Faktor Spesifik Lainnya)

Faktor yang kesembilan yaitu faktor-faktor lain yang berkaitan. Apa artinya? Ada banyak faktor-faktor yang saling berkombinasi mempengaruhi jumlah permintaan. Delapan faktor yang disebutkan di atas tidaklah cukup. Sayangnya, faktor-faktor penentu lain di tahap ke-9 ini beragam, bergantung dari situasi dan jangka waktu terjadi penawaran produk dan jasa. 

Coba kita perhatikan, andaikan faktor 1 sampai 8 terpenuhi, anggap saja berhasil mempengaruhi selera konsumen sehingga berpeluang meningkatkan jumlah permintaan. Tiba-tiba terjadi bencana alam. Walhasil,  permintaan pun menurun.

Faktor lain misalnya, ketika faktor 1 sampai 8 terpenuhi, dan secara data jumlah permintaan akan meningkat. Namun, tanpa diminta-minta, tiba-tiba terjadi kecelakaan pada kapal pengangkut suatu barang. Akibatnya, supply terlambat dan konsumen berpindah ke lain hati. Permintaan pun anjok dan jauh dari harapan. 

Sebagai kesimpulan, angka persentase suatu permintaan barang atau jasa, selalu dipengaruhi oleh banyak faktor karena satu faktor tidak dapat berdiri sendiri. Selalu ada intervensi dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi besarnya permintaan. Hanya saja, secara umum penjelasan di atas hanya fokus menjabarkan tentang 9 Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Permintaan Barang atau Jasa. Dengan harapan, semua pembaca memperoleh manfaat dan memahami sebuah konsep berpikir bahwa di atas kemungkinan selau ada kemungkinan. :)

No comments:

Post a Comment

Terimakasih atas kepatuhannya melakukan komentar yang sopan, tidak menyinggung S4R4 dan p0rnografi, serta tidak mengandung link aktif, sp4m, iklan n4rk0ba, senj4t4 ap1, promosi produk, dan hal-hal lainnya yang tidak terkait dengan postingan. Jika ada pelanggaran, maaf jika kami melakukan penghapusan sepihak. Terimakasih dan Salam blogger!