Arti Curang: Pelaku Curang Akan Menikmati Kecurangannya Sendiri - INIRUMAHPINTAR.com

Arti Curang: Pelaku Curang Akan Menikmati Kecurangannya Sendiri

INIRUMAHPINTAR.COM - Curang adalah perilaku biadab tak beradab yang menyalahi kejujuran, melakukan sesuatu tidak sebagaimana mestinya, mengerjakan hal tidak selayak seharusnya, dan melanggar nilai sportifitas dan kebenaran. 

Orang yang curang tidak mengenal status sosial. Asalkan ia telah kehilangan 'iman' di dalam dirinya, bagaimanapun tingginya jabatan, pangkat, dan banyaknya uang yang ia miliki, kenikmatan semu dunia akan terus dikejar dengan cara apapun, meskipun ia mengambil hak-hak orang yang berhak dan merugikan sesamanya yang menegakkan kejujuran. 

Mengapa dan dimana kecurangan terjadi?

Orang yang berbuat curang, terjadi bukan tanpa sebab. Ia punya hasrat, impian, harapan, keinginan, dan gejolak untuk meraih sesuatu, tetapi ia tidak mampu mewujudkannya dengan cara-cara yang jujur. 

Ia sebenarnya lemah, tak punya kemampuan, dan belum pantas duduk di singgasana impiannya, tetapi ia punya kesempatan untuk memilih jalan pintas, memanfaatkan jalur-jalur kegelapan, dan biasanya bekerja sama dengan saudara sehabitatnya; kaum bani curang lainnya. 

Pelaku curang sangat jarang berlaku curang tanpa teman seperjuangan. Ia tak pernah bergerak sendiri. Dan anehnya, spesies ini hampir selalu ada di setiap komunitas, kelompok, golongan, instansi, perusahaan, bahkan di lingkup suatu negara.

Contoh-contoh kecurangan di era ini

Tulisan ini bukan untuk mengumbar aib orang, karena memang tidak bermaksud untuk keburukan, melainkan hanya sebagai referensi agar kita, manusia, makhluk ciptaan Tuhan, dapat belajar dan merenungi betapa buruk dan besarnya dampak kecurangan itu sebenarnya.

Contoh-contoh berikut ini bukan untuk dicontoh melainkan untuk dijadikan pencerahan agar sahabat-sahabat inirumahpintar.com dapat terjauhkan dari segala macam bentuk tipu daya dan janji manis kecurangan. 



1. Kecurangan Pemimpin

Ambisi menjadi seorang pimpinan, ketua, kepala, raja, bahkan presiden sebuah negara terkadang membutakan hati nurani seseorang.

Ia rela meninggalkan hakikat kemanusiaannya, demi secuil kenikmatan dunia, yang memang kelihatan sangat lezat, tetapi berujung api neraka.

Ia bersama gerombolannya mencurangi kotak suara, menggembosi hasil pemilihan, meracuni pemilih dengan hoax, melabeli pesaing dengan bahasa kedengkian, bahkan rela menggelontorkan materi untuk suap sana sini demi meraih ambisinya menjadi seorang pemimpin.

Meskipun ia sebenarnya tak sanggup menjadi pemimpin sebuah negara, ia rela mati-matian bermain curang dengan wajah sopan dan bertabiat lugu rupawan sebagai tipuan. 

Meskipun untuk sekadar menjadi pemimpin untuk dirinya sendiri saja ia sebenarnya tak sanggup, tapi demi mengejar nafsu kekuasaan bersama kaumnya, ia rela bermain drama dan terus-terusan berbangga di atas kepura-puraan.

Maka jangan heran, semua ucapannya memang manis, tapi hanya karangan, bukan buah pikiran yang mencerahkan.

Jadi jangan kaget, semua tingkah laku, gerak-gerik, dan sepak terjangnya yang terlihat di media, bukanlah tabiat aslinya, melainkan hanya penggalan-penggalan skenario yang seakan-akan mengundang decak kagum tetapi isinya bualan.

Sebuah negara yang dipimpin oleh pemimpin curang sekaligus hasil kecurangan, jangan bermimpi akan maju. 

Semua kebijakannya penuh intrik kepentingan.

Semua keputusannya adalah b0m waktu menuju kehancuran.

Jangan tanya bagaimana kepekaannya kepada rakyat. 

Orang lapar dan sakit sekalipun tetap ia mintai pajak atau tagihan-tagihan berkedok investasi yang sesungguhnya juga adalah pajak.

Di saat panen raya, ia terdepan mengimpor beras. 

Di saat lelang pembangunan, ia terdepan tapi main belakang berkongsi mencari keuntungan.

Di saat pandemi, uang bantuan pun disikat,

Ketika ditangkap, hukum tampak begitu melunak.

Penegakan hukum nyaris mati di bawah panji kepimpinan yang dilandasi kecurangan. 

Apalagi jika ia pemimpin sebuah negara.

Semua alat negara akan terus di bawah kendali melancarkan skenario kepura-puraannya.

Saat ini, boleh saja pelaku kecurangan tertawa riang. Namun, arti curang itu adalah biang kehancuran. 

Pelaku curang pelan-pelan akan tenggelam dalam lautan kecurangannya sendiri. 

Bagai bisul yang tampak terus membukit indah, tapi terus-terusan sakit mengandung nanah lalu pada waktunya akan pecah berkeping-keping menjadi butiran-butiran darah kesialan. 

2. Kecurangan Pencari Kerja

Bukan hanya pemimpin, bahkan sang pencari kerja alias pengacara (pengangguran banyak acara) sekalipun tidak sedikit yang memilih jalan kecurangan untuk meraih impiannya. 

Walaupun ia sebenarnya belum pantas mendapatkan kepantasan kerja, jalan terlarang pun ia lalui. 

Orang-orang yang lebih berhak pun dibuatnya tak berdaya.

Karena ia punya kenalan, uang, pengaruh, atau kekuatan orang dalam, mampu tidak mampu urusan belakangan.

Jadi, jangan heran jika ada suatu perusahaan, instansi, atau unit usaha yang kelihatannya maju tapi punya banyak masalah, gangguan, atau ketidaknyamanan di dalamnya. 

Semua berawal dari kecurangan.

Berjalan tanpa keberkahan.

Berakhir dengan kehancuran.

Yah, memang tampak baik-baik saja dari luar. 

Tetapi, sesungguhnya telah hilang kedamaian dalam hati para pelaku curang, 

Sampai hak-hak orang yang berhak engkau kembalikan secara lunas.

3. Kecurangan Pedagang

Demi keuntungan, pedagang pun yang merupakan pekerjaan menjanjikan dapat berlaku curang. 

Harga barang yang seharusnya ideal, ia lipat gandakan semaunya. 

Timbangan ia ubah dan atur dengan perhitungan tidak seimbang.

Barang-barang jualan ia timbun lalu jual dengan harga melambung.

Yah, intinya, pedagang curang merugikan pembeli.

Jadi, jangan heran jika ada pedagang kaya, rumahnya tinggi menjulang, hartanya melimpah, dan asetnya pun dimana-mana, tetapi hidupnya melarat, tidak tenang, dan penyakitan.

Jikapun ada yang tampak baik-baik saja, maka itu hanya sementara. Hidupnya tidak nyaman.

Ia kehilangan keberkahan hingga hak-hak para pelanggannya ia kembalikan sempurna.

4. Kecurangan Dokter

Dokter sejatinya adalah profesi yang mulia. Melalui keahliannya orang sakit atas izin Allah dapat menjadi sembuh. 

Tetapi, tidak semua dokter jujur.

Meskipun ia telah disumpah, masih ada saja yang berlaku curang.

Bukan menghina profesi dokter, tetapi tak bisa dipungkiri dokter memiliki peluang untuk berlaku curang.

Boleh jadi ia tidak pernah salah mendiagnosa penyakit pasien, tetapi ia menggunakan kekuasaannya untuk mendahulukan keluarga atau saudaranya dalam antrian di klinik atau rumah sakit ia bekerja meski nomor urut antriannya masih lama.

Boleh jadi ia tidak salah memberikan obat. Namun, ia berbuat curang dalam membuat surat keterangan sehat. Ia palsukan dokumen surat keterangan bebas covid-19 hanya karena itu pesanan pejabat atau keluarga pejabat. 

Dokter adalah profesi hebat. Namun, dokter yang curang penuh intrik tipu daya. Ia mengambil untung dari keluguan pasiennya. 

5. Kecurangan guru/dosen

Guru atau dosen adalah profesi yang tidak kalah mulianya. Karena itu, mereka digelari pahlawan tanpa tanda jasa. 

Hanya saja, oknum guru/dosen curang juga ada. 

Mereka bisa mengajar, tapi curang dalam penilaian.

Mereka menyusun soal seadanya, memberi nilai kepada siswa semaunya, bukan nilai sebenarnya.

Bahkan, keseriusan dalam mengajarpun di pertanyakan.

Mereka rajin memberi tugas, tapi menilai tanpa memeriksa pekerjaan siswa

Mereka senang memberikan pekerjaan rumah, tapi malas menjelaskan dan memberi contoh.

Mereka tampak begitu ogah dan menikmati kecurangannya.

Mereka mengajar tapi kurang etos kerja untuk melakukan perubahan, pendekatan, memaksimalkan metode, teknik, dan merancang model pembelajaran.

Guru/dosen yang curang biasanya bukan karena ketidakmampuan dalam mengajar, tapi curang atas nasibnya.

Mereka mengajar tapi terngiang gajinya yang kurang. 

Mereka mengajar hanya karena tak mau dikatakan pengangguran.

Sejatinya, guru harus serba bisa di bidangnya, dan dapat menjadi cahaya di tengah kegelapan.

Hanya saja, pahlawan tanpa tanda jasa hanya simbol. Guru tetap saja digaji kecil, terutama honorer.

Pemerintah boleh jadi mencurangi mereka dengan ketidakpantasan hak. 

Tapi itu bukan alasan untuk bertahan sebagai guru yang curang.

Harusnya mereka yakin, bahwa dari setiap keringat perjuangan guru akan ada hasil yang tercapai, meski tidak harus melalui nominal gaji yang diterima. 

Biarlah pemerintah malu, anak-anak bangsanya diajar guru yang ia sia-siakan, anak tirikan, dan belum ia pantaskan seutuhnya.

6. Kecurangan siswa/mahasiswa

Bukan hanya oknum guru yang dapat berlaku curang, oknum siswa/mahasiswa juga punya peluang sama dalam kecurangan.

Tidak sedikit dari mereka curang dalam mengerjakan tugas.

Hanya mengandalkan jurus copy paste dari pekerjaan teman kelas, atau dari om google.

Bahkan di saat ulangan, banyak juga yang tergoda untuk menyontek, melihat catatan, atau bekerja sama.

Yah, kecurangan ini adalah cikal bakal pencetak generasi curang.

Dan dari sinilah, para pencari kerja, calon pemimpin sebuah negara, pedagang yang kaya raya, pejabat yang berkuasa, dokter sang penyelamat sejuta jiwa, dan guru/dosen di perguruan tinggi ternama akan memulai petualangan kecurangannya.

Ala bisa karena biasa.

Jadi, sebelum terlambat, tinggal segala bentuk kecurangan. 

Generasi hebat, tak peduli berapa nilai yang ia peroleh dari guru/dosen. 

Nilai hanya angka, dapat berubah-ubah, tapi ilmu sangat berharga, maka fokuslah untuk mengejar ilmunya lalu jadikan bekal meniti kehidupan pada jalan-jalan yang dianjurkan Tuhan. 

Bukan malah sebaliknya.

Teruslah ingat arti curang dan kecurangan: Pelaku curang akan menikmati kecurangannya sendiri. Ia tidak bisa selamat dari perbuatan buruknya. Jadi, lebih baik terlihat biasa, mengandalkan diri sendiri, daripada pura-pura bisa dan terpenjara dalam dunia kepura-puraan. 

Percuma ganteng kalau curang, percuma kaya kalau curang, percuma berkuasa kalau curang, percuma pintar kalau curang, dan percuma hidup kalau curang. (AY RYUKI)

No comments:

Post a Comment

Terimakasih atas kepatuhannya melakukan komentar yang sopan, tidak menyinggung S4R4 dan p0rnografi, serta tidak mengandung link aktif, sp4m, iklan n4rk0ba, senj4t4 ap1, promosi produk, dan hal-hal lainnya yang tidak terkait dengan postingan. Jika ada pelanggaran, maaf jika kami melakukan penghapusan sepihak. Terimakasih dan Salam blogger!