Tak Ada Kawan yang Sejati, Tak Ada Lawan yang Abadi - INIRUMAHPINTAR.com
Beranda · Sekolah · Kuliah · Sastra · Motivasi · Artikel Opini · Ulas Berita · English Corner · Ragam · Info · Forum Tanya Jawab Matematika · Jasa Pasang Iklan Murah

Tak Ada Kawan yang Sejati, Tak Ada Lawan yang Abadi

INIRUMAHPINTAR.COM - Teman atau kawan adalah rekan seperjuangan, mengarungi bahtera kisah di sebagian atau keseluruhan episode perjalanan hidup. Masa-masa indah berteman berawal dari usia anak-kanak, ketika pertemanan benar-benar berproses secara alami tanpa beban dan bebas dari segala macam bentuk kepentingan. 

Adapun, lawan atau musuh, mulai hadir di permukaan cerita seorang manusia ketika telah terjadi kontra dan ketidaksamaan dalam menjalani proses pertemanan. Yakni, ketika satu pihak tak lagi seirama dengan pihak lain dalam mempertahankan ritme gerakan dayung; menjaga keseimbangan sampan perkawanan. Dengan kata lain, telah terjadi konflik kepentingan, ada yang merasa diuntungkan atau dirugikan, atau telah timbul rasa menyaingi atau tersaingi.

Benarkah Tak Ada Kawan yang Sejati?

Sebelum menjawab pertanyaan ini, kita perlu menyamakan persepsi dulu, teman atau kawan sejati itu seperti apa. Apakah teman sejati itu harus selalu ada baik suka maupun duka, baik kita masih bernyawa atau telah tiada? 



Ataukah cukup selalu ada ketika kita butuh, entah ia sebagai teman bicara, pemecah masalah, atau sekadar pendengar setia. Apa perlu teman sejati itu harus selalu kumpul bersama, kerap berjumpa, baik ketika masih muda maupun ketika telah beranjak tua, baik ketika masih sendiri maupun ketika telah bersuami atau beristri?

Hmmm....ternyata dari sini saja, kemungkinan kita tak punya persepsi yang sama. Artinya setiap orang akan memiliki perbedaan dalam mendefinisikan tentang teman atau kawan yang sejati. 

Lalu, benarkah tak ada kawan yang sejati? Menurut penulis, kawan sejati itu pasti ada di sebagian manusia, tetapi keberadaannya tidak mesti selamanya. 

Seorang remaja SMP atau SMA akan menemukan kawan sejati di usianya, tetapi seiring bertambahnya usia, berbedanya lingkungan, tempat kuliah/kerja, dan segala macam bentuk asam manis kehidupan yang dijalani, teman atau kawan sejati lambat laun akan memudar dan menjadi hanya sekadar kenalan

Apakah ada Kawan Sejati yang Abadi?

Mungkin ada, tetapi tidak banyak manusia langka yang bisa benar-benar merasakannya. Hanya orang-orang yang punya kepekaan kekinian yang pantas memiliki kawan sejati. Apa itu kepekaan kekinian? Peka dalam menyikapi kawan, yang mungkin akan selalu berubah seiring berubahnya usia, tidak intensnya pertemuan, dan jarangnya komunikasi. Itupun sulit untuk dipastikan berlangsung abadi atau selamanya. 

Orang bisa berubah, meski ada juga yang tak pernah berubah. Banyak orang yang bisa mengerti, tetapi tidak sedikit juga yang sulit dimengerti. Ada orang yang hanya mau dimengerti, tetapi tak pernah mengerti. Ada yang orang senang berbuat iseng, tetapi tak suka diisengi. Yah, begitulah pertemanan. Karena adanya kemungkinan perubahan tabiat ini, banyak orang meyakini bahwa benar, tak ada kawan yang sejati, kalaupun ada itu hanya sementara, tidak abadi selamanya.

Harusnya pertemanan itu sejati, abadi, tetapi perlu komitmen untuk menjaga silaturrahmi, karena sedikit saja ada yang terlukai, mungkin interaksi tampak damai, tetapi tak ada kaca retak meski sehelai yang dapat benar-benar utuh kembali - AY Ryuki

Benarkah Lawan tak ada yang Abadi?

Musuh atau lawan dapat terbentuk dari tiga hal. Pertama, lawan yang dulunya mantan kawan, yang berubah karena suatu perbedaan yang tak bisa dikompromikan. Kedua, lawan yang hadir di permukaan karena belum saling mengenal. Ketiga, lawan yang timbul karena adanya perbedaan kepentingan, baik telah atau belum saling mengenal.

Tidak ada manusia yang akan tenang hidupnya jika masih memiliki musuh atau lawan. Satu orang musuh saja pasti sangat menyusahkan. Lebih baik repot karena 1000 teman, daripada repot karena satu biji lawan.

Lalu, benarkah tak ada lawan atau musuh yang abadi? Mari kita bahas bersama! Menurut penulis, harusnya setiap manusia berakal sehat secara naluri menginginkan hidupnya aman tanpa lawan. Tetapi, hidup di dunia memang penuh lika liku kisah yang sulit diprediksi.

Terkadang tak ada niat untuk menyakiti, tetapi ada yang merasa tersakiti. Terkadang tak ada maksud menyaingi, tetapi ada saja yang merasa tersaingi. Kita membeli AC, eh malah dia yang kedinginan. Kita yang membeli kipas angin, tetapi justru dia yang berputar. 

Jadi, musuh abadi itu akan tetap ada? Yap, setiap orang berpotensi untuk memiliki musuh abadi. Kok bisa? Yah, buktinya, sekalipun ada orang sangat baik yang tak mau punya musuh dan bahkan selalu berbuat baik kepada siapapun, tetapi orang lain masih bisa memusuhi. Nabi saja, yang merupakan wali Allah, dijamin masuk surga, tidak sedikit yang membenci dan memusuhi.

Kalaupun ada orang yang kelihatan hidupnya benar-benar tenang tanpa ada gangguan lawan atau musuh dari kalangan manusia, setidak-tidaknya ia tak bisa terbebas dari Iblis laknatullah yang setiap saat menggodanya melakukan kejahatan atau menghindari kebaikan.

Mungkinkah Lawan menjadi Kawan?

Sangat mungkin. Setiap orang punya pilihan. Setiap insan punya kesempatan untuk berubah. Hari ini, kamu bisa saja dibenci dan dimusuhi banyak orang. Namun, karena adanya peristiwa luar biasa dalam hidupmu, musuh atau lawan berangsur-angsur mendekat menjadi kawan. Waktu kamu miskin, tak berpunya, semua orang menganggapmu lawan. Namun, ketika hidupmu berubah, telah punya harta dan tahta, bahkan musuhmu dahulu kini mengakuimu sebagai saudara.

Begitupun sebaliknya, kawan pun dapat menjadi lawan. Hari ini semua orang mendekat, menyikapimu sebagai kawan karena ada sesuatu dalam dirimu yang bermanfaat. Namun, besok-besok, ketika manfaat itu sudah hilang, atau mereka telah mendapatkan manfaat yang lebih dari orang lain, semua berangsur-angsur berubah 180 derajat. 

Cara Menyikapi Kawan atau Lawan?

Intinya gini brother sisterku. Jangan terlalu mencintai dan menyayangi kawanmu, karena bisa jadi besok-besok ia menjelma menjadi lawan dan menusukmu dari belakang. Sebaliknya, jangan terlalu membenci lawan atau musuhmu, karena bisa jadi besok-besok ia berubah lalu menjadi orang pertama yang peduli ketika kamu terjatuh dan bahkan terdepan sebagai penyelamatmu. 

Tak peduli ia kawan atau lawan, tetaplah berbuat baik kepada siapapun.

Berbuat baik tak mengurangi harga diri, tak merendahkan kehormatan.

Asalkan masih bisa dijauhi, cukup jauhi orang-orang yang suka menyakiti.

Cukup jaga bicara, jangan terlalu dekat, jangan terlalu jauh.

Tetaplah seimbang menjaga ritme interaksi.

Manusia tetaplah manusia.

Tempatnya salah dan khilaf.

Tak ada yang benar-benar sejati.

Tak ada yang benar-benar abadi.

Hanya sang Pencipta, Maha sejati dan abadi.

1 Response to "Tak Ada Kawan yang Sejati, Tak Ada Lawan yang Abadi"

Terimakasih atas kepatuhannya melakukan komentar yang sopan, tidak menyinggung S4R4 dan p0rnografi, serta tidak mengandung link aktif, sp4m, iklan n4rk0ba, senj4t4 ap1, promosi produk, dan hal-hal lainnya yang tidak terkait dengan postingan. Jika ada pelanggaran, maaf jika kami melakukan penghapusan sepihak. Terimakasih dan Salam blogger!