Manfaat, Hikmah, Waktu, Syarat, Pembagian Hewan Kurban - INIRUMAHPINTAR.com

Manfaat, Hikmah, Waktu, Syarat, Pembagian Hewan Kurban

INIRUMAHPINTAR - Berkurban adalah salah satu ibadah yang diperintahkan Allah SWT kepada umat manusia. Oleh karena itu, sebagai manusia yang berbakti kepada Maha Pencipta, sepantasnya kita melakukan penyembelihan kurban sebagaimana umat-umat terdahulu. Telah kita ketahui bahwa dalam sejarah, Nabi Ibrahim adalah sosok penting dalam penyelenggaraan kurban. Awalnya ia diperintahkan untuk menyembelih anaknya sendiri, Ismail. Tidak ada penolakan dari keduanya. Proses penyembelihan kurban pun dilaksanakan. Lalu, atas kehendak Allah, tiba-tiba bukan Ismail yang disembelih. Allah menggantinya dengan hewan ternak lain. Begitulah perumpamaan besarnya ketaatan dalam mematuhi perintah Tuhan. Di dalamnya harus ada kerelaan dan pengorbanan. Lalu, pengorbanan itulah yang dinilai Tuhan bentuk pengabdian yang sesungguhnya.

#Manfaat dan Hikmah Berkurban

Nah, tiba-tiba ada yang bertanya, apa sih manfaat berkurban itu? Apakah hanya sebagai bentuk pengorbanan semata demi membuktikan ketaatan kepada Allah SWT? Ternyata bukan sesederhana itu sobat. Lalu, apa dong manfaatnya? Penasaran nih! Oke-oke, inilah hikmah dan manfaatnya:

1. Membahagiakan orang-orang yang membutuhkan

Membahagiakan orang lain artinya menambah kebahagiaan diri sendiri. Peristiwa itulah yang terkandung dalam prosesi berkurban. Daging hewan yang disembelih lalu dibagi-bagikan ke orang-orang yang membutuhkan (fakir miskin, dhuafa, kaum-kaum terlantar, dsb). Dengan demikian, orang-orang yang sering hidup kelaparan, serba kekurangan, dan mungkin selama hidup tidak pernah makan daging ternak seperti sapi, kambing, atau unta, dapat ikut merasakan kebahagiaan. 

Kenikmatan dalam setiap kunyahan daging kurban yang dimakan oleh orang-orang yang membutuhkan menjelma menjadi butir-butir kebahagiaan bagi penyelenggara kurban. Kebahagiaan yang sungguh tidak akan bisa ditemukan di dalam prosesi lain, karena di dalamnya terdapat rahmat Allah SWT. Kalau tidak percaya, lihatlah orang-orang yang sering berkurban! Pandanglah wajah dan kehidupannya! Mungkin mereka bukan orang berada, tetapi kebahagiaan senantiasa menyertai.

2. Meningkatkan tali silaturrahmi dan persaudaraan

Selain membagikan daging kepada orang-orang yang berhak seperti fakir miskin, daging kurban dapat juga sebagiannya dihadiahkan kepada tetangga, kerabat, atau orang-orang yang ada di sekitar kita. Walau bukan orang miskin, tidak semua tetangga kita sering makan daging. Hal itu dikarenakan daging masih termasuk lauk super mewah di kalangan masyarakat. Untuk itu, menghadiahkannya ke orang lain dapat meningkatkan tali persaudaraan dan silaturrahmi. 

Keluarga yang sehari-hari makan enak dapat berbagi kepada keluarga yang sederhana. Jadi, di hari Idul Adha (Idul Kurban) semua orang mesti dapat kesempatan makan daging. Tidak terkecuali, si kaya, si miskin, atau orang-orang yang hidup sedang-sedang saja. Hikmahnya adalah dalam sebuah kehidupan bermasyarakat, kita wajib hidup senasib, sepenanggungan, dan seimbang. 

Jangan sampai ada yang terlalu kaya, terlalu miskin, dan terlalu-terlalu yang lain. Jangan sampai ada yang terlalu kenyang, sementara tetangganya hidup kelaparan. Semua harus saling berbagi, dan itu tercermin dalam prosesi berkurban. Secara implisit dapat juga dipahami bahwa, berkurban hanyalah simbolnya, tetapi praktik berbagi seharusnya berlangsung sepanjang waktu. 

3. Menumbuhkan sikap pemurah dan suka menolong

Masyarakat yang ideal adalah masyarakat yang saling bekerja sama. Yang merasa sulit dibantu oleh yang lapang, yang lemah dibantu oleh yang kuat, dan yang bodoh dibantu oleh yang pintar. Terjadi hubungan saling menguntungkan. Dalam ilmu Biologi, kita biasa menyebutnya simbiosis mutualisme. Nah, dalam aktivitas berkurban terdapat hikmah berbagi kepada sesama. Artinya, setiap orang punya kesempatan untuk menumbuhkan sikap pemurah dan penolongnya dengan ikut serta menyediakan hewan kurban, lalu membagikannya kepada orang-orang yang berhak. Semua sama-sama enak, semua sama-sama bahagia.

4. Meningkatkan kepekaan sosial dan persatuan 

Berkurban adalah momentum penting untuk meningkatkan kepekaan sosial. Yang kebetulan dianugerahi rezeki yang lebih mesti memiliki kepekaan membantu yang kurang. Membagikan daging ke orang-orang yang membutuhkan adalah cikal bakal meningkatnya kepekaan dan kepedulian sosial. Begitulah Islam mendidik para penganutnya. Hasilnya terciptalah persatuan di antara masyarakat.

5. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Siapapun yang berkurban pasti membutuhkan hewan kurban. Artinya penyelenggara kurban perlu membeli hewan kurban kepada peternak atau pedagang. Adanya transaksi jual beli dalam proses ini memungkinkan terjadinya kegiatan ekonomi yang menguntungkan. Itulah yang menjadi siklus terciptanya kesejahteraan dalam masyarakat.

6. Mendidik manusia menjadi hamba yang taat

Manusia adalah hamba Allah. Apapun perintah Allah wajib dilaksanakan. Salah satunya adalah perintah berkurban. Oleh karena itu, berkurban adalah simbol ketaatan manusia atas perintah Allah. Tidak boleh ada upaya untuk melogikakan atau mencari-cari mengapa begini atau begitu, apalagi jika ternyata hal itu tersebut datangnya dari ilmu yang masih dangkal. Coba kita lihat pemisalan ketika prosesi berkurban terjadi. Darah mengucur deras, ternak pun menggelinjang. Bagi yang tidak mengerti dan tidak beriman terhadap Allah, pasti akan mengganggap kegiatan tersebut sadis karena membunuh hewan. Padahal, sejatinya tiada yang lebih sadis melainkan membunuh binatang tanpa mengikuti syariah. Dan berkurban adalah cara yang tersantun dalam menghilangkan nyawa hewan ternak karena sesuai dengan perintah Allah. Begitulah kodratnya. Intinya, berkurban adalah perintah Allah. Dan melaksanakannya dengan ikhlas adalah bentuk pembuktian hadirnya ketaatan dalam sanubari.


#Kapan waktu yang tepat dan ideal penyembelihan hewan kurban?

Berdasarkan ceramah pak Ustad di Mesjid, dan sejalan dengan kebiasaan umum masyarakat selama ini, waktu yang tepat untuk penyembelihan hewan kurban yaitu setelah selesainya shalat Idul Adha (10 Dzulhijjah). Dan batas waktu penyembelihan yaitu sampai tiga hari setelahnya. Artinya, mulai 11 hingga 13 Dzulhijjah, menyembelih hewan kurban masih dibolehkan. Namun, untuk lebih jelasnya, jangan sungkan untuk berkonsultasi dengan pak kyai, sesepuh, tokoh agama, dan ustad-ustad yang ada di sekitar rumah Anda agar tidak ada yang salah dalam melaksanakan prosesi berkurban ini.

#Syarat-syarat atau ketentuan tentang berkurban

Pertama, syarat orang yang ingin melaksanakan kurban yaitu orang berakal, dewasa, merdeka dan mampu menyiapkan hewan kurban dengan cara baik dan halal, serta bukan dengan berhutang. Di Indonesia, hewan kurban yang umum yaitu Sapi dan Kambing. Sapi boleh dikongsikan oleh 7 orang. Sementara kambing hanya boleh untuk 1 orang. Adapun jika ada yang mampu menyiapkan Sapi sendirian, berduaan, boleh-boleh saja, asalkan memenuhi ketentuan.

Niat berkurban idealnya untuk diri sendiri, keluarga, kerabat, dan untuk seluruh umat Islam. Tidak terkecuali yang masih hidup atau sudah meninggal. Jika ada wasiat dari keluarga untuk berkurban, berarti melaksanakannya adalah wajib.

Kedua, syarat/ketentuan hewan yang boleh dikurbankan yaitu ternak yang sehat wal afiat tanpa ada kekurangan satu hal pun. Artinya ternak untuk kurban tidak boleh pincang, mesti bugar, tidak pincang apalagi buntung, tidak buta, terbebas penyakit apapun. Dengan kata lain, hewan yang akan dikurbankan mesti normal segala-galanya.

Untuk hewan seperti Unta, sebaiknya yang telah berusia 5 tahun. Sapi yang usianya telah 2 tahun. Sedangkan kambing yang usianya mencapai 1 tahun.


#Bagaimana pembagian hewan kurban yang baik dan benar

Berdasarkan ceramah ustad yang pernah saya dengar, daging kurban itu sebaiknya dibagi 3. Bagian pertama diberikan ke orang-orang yang berhak (fakir miskin, kaum dhuafa, dsb). Bagian kedua, dihadiahkan untuk kerabat/tetangga. Dan bagian ketiga untuk dimakan sendiri. Namun, jika niat benar-benar untuk berkurban, baiknya seluruh daging kurban didistribusikan saja ke orang-orang yang kekurangan dan membutuhkan. Toh, sekiranya kita sebagai penyelenggara kurban ingin makan daging kan bisa beli lagi. Bagaimana?

Sebagai penutup, berkurban adalah salah satu ibadah yang rugi jika ditinggalkan bagi mereka yang telah memenuhi syarat. Jika untuk hal-hal dunia kita rela mengorbankan apa saja, mengapa kita ragu untuk berkurban demi akhirat? Oleh karena itu, selama kesempatan masih ada, kemampuan telah sampai, ayo kita berkurban!!! Jika belum mampu, minimal kita berniat dulu sembari memperbanyak puasa dan amalan di 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah.

No comments:

Post a Comment

Terimakasih atas kepatuhannya melakukan komentar yang sopan, tidak menyinggung S4R4 dan p0rnografi, serta tidak mengandung link aktif, sp4m, iklan n4rk0ba, senj4t4 ap1, promosi produk, dan hal-hal lainnya yang tidak terkait dengan postingan. Jika ada pelanggaran, maaf jika kami melakukan penghapusan sepihak. Terimakasih dan Salam blogger!