Pengertian Persekusi, Penyebab, dan Contoh Kasusnya - INIRUMAHPINTAR.com

Pengertian Persekusi, Penyebab, dan Contoh Kasusnya

INIRUMAHPINTAR - Jelaskan pengertian persekusi? Sebutkan faktor penyebab terjadinya? dan Berikan contoh kasus persekusi yang pernah terjadi di Indonesia? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang bakal menjadi topik bahasan kita kali ini. Saya tertarik memasukkan topik ini dalam tulisan saya karena maraknya penggunakan istilah "persekusi" ini dalam pemberitaan media massa. Entah itu terjadi secara kebetulan atau barulah sekarang banyak kasus persekusi terjadi, terutama sejak kegaduhan Pilkada Jakarta. 

Tulisan ini berpotensi melahirkan banyak persepsi, oleh karena itu jadilah pembaca yang bijak dengan menyelesaikan bacaan Anda terlebih dahulu sebelum menyimpulkan konten dalam artikel ini. Sekali lagi, tulisan ini hanyalah opini berdasarkan sudut pandang penulis, bukanlah satu-satunya rujukan pustaka. Jadi, pandai-pandailah melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang. 

Pengertian Persekusi Berdasarkan Asal Katanya

Setelah mencari-cari kata Persecution di internet, saya menemukan bahwa istilah ini banyak dipakai dalam agama Nasrani (Kristen). Terutama jika mencari gambar "persecution" di kolom "picture/gambar" hampir semuanya berhubungan dengan agama Nasrani (Kristen). 

Sejumlah kamus online mendefinisikan persekusi sebagai upaya atau tindakan permusuh4n berupa pengan1ayaan, perlawanan, pen1ndasan dari sebuah kelompok/perorangan kepada perorangan/kelompok lain yang disebabkan karena perbedaan ras, suku, pandangan, atau keyakinan politik atau agama.

Persekusi juga dapat diartikan sebagai tindakan balasan seseorang atau kelompok kepada pihak/kelompok lain atas bentuk pengh1naan atau fitnah yang dilakukan baik secara langsung maupun melalui tidak langsung (misalnya melalui sosial media).
Pengertian Persekusi, Penyebab, dan Contoh Kasusnya

Pergeseran/Perluasan Arti dari Persekusi 

Berdasarkan berbagai kejadian yang diberitakan di media massa, saya melihat ada yang memberikan pergeseran makna/definisi pada istilah "persekusi". Dalam hal ini, persekusi diartikan seperti main hakim sendiri atau melabrak .  

Itu berarti, sesungguhnya banyak kejadian persekusi yang telah terjadi di masyarakat, tetapi istilah ini baru diviralkan setelah banyak aksi atau tindakan penangkapan yang dilakukan oknum/simpatisan Islam (untuk diserahkan kepada pihak berwajib) terhadap pelaku pengh1naan atau pengungkap fitnah di medsos. Mengapa selalu orang Islam? Semoga ini bukanlah propaganda merusak citra umat Islam, sebagaimana penggunaan istilah "teror1s" terhadap aksi k3kerasan yang dilakukan oleh orang Islam, sementara k3kerasan oleh pihak lain (non-muslim) hanya diistilahkan sebagai kej4hatan biasa (misalnya: aksi OPM di Papua). Bukankah setiap keburukan yang ditanam, cepat atau lambat akan menuai keburukan yang lebih besar. Begitupun sebaliknya. 

Benar-Benar Persekusi atau Tuduhan Melakukan Persekusi

Menyikapi berbagai penggunaan kata "persekusi" di masyarakat, tampaknya kita perlu hati-hati dan waspada. Jangan sampai istilah tersebut digunakan bukan pada tempatnya. Jika memang persekusi disama-artikan dengan semua perlakuan atau tindakan yang bersifat main hakim sendiri, maka mulai saat ini, kemungkinan kata "persekusi" akan semakin populer di setiap tindakan main hakim sendiri (sekali lagi, semoga tidak hanya difokuskan pada oknum/kelompok tertentu).

Dalam hal ini, media massa juga perlu pandai-pandai mengklasifikasikan sebuah kasus yang akan diberitakan. Jangan sampai, hanya karena mengejar target jumlah viewers, sebuah kasus biasa langsung dimasukkan ke halaman headline dengan menggunakan judul "PERSEKUSI". Jika, kasus yang diberitakan benar-benar persekusi, maka tidak akan ada masalah. Namun, jika ternyata keliru, maka akibatnya justru berbahaya. Mungkin akan menimbulkan bentuk persekusi yang nyata. 

Apa Saja Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Persekusi

Jika persekusi diartikan seperti main hakim sendiri, maka kita perlu merenungkan kembali apa sebenarnya penyebab terjadinya persekusi itu. Apakah terjadi begitu saja ataukah diawali oleh pemicu. Tidak ada asap jika tak ada api. Tidak ada persekusi jika tak ada kej4hatan. Nampaknya peribahasa tersebut tepat sekali.

Hal-hal berikut ini berpotensi menjadi penyebab terjadinya persekusi:
  1. Ada oknum/kelompok melakukan penghinaan terhadap orang lain baik langsung maupun tidak langsung.
  2. Ada oknum/kelompok menyebarkan fitnah atau berita bohong atas oknum/kelompok lain.
  3. Ada oknum/kelompok melakukan kej4hatan atau aksi krim1nal yang meresahkan oknum/kelompok lain.
  4. Aparat penegak hukum lambat, sering lambat, tidak gesit atau tidak solutif dalam melakukan penindakan/penangkapan atas tindakan apapun yang meresahkan masyarakat. 

Solusi Mengatasi atau Mengurangi Persekusi

Orang-orang melakukan persekusi (bukan main hakim sendiri) biasanya karena tidak tahan lagi dihina atau difitnah orang lain. Atau bisa juga karena tidak tahan lagi dengan perbuatan memalukan/meresahkan yang sering (berulang-ulang) dilakukan oknum/kelompok tertentu. Oleh karena itu, sebelum persekusi terjadi, aparat penegak hukum harus bergerak cepat setelah menerima laporan dari masyarakat. Sementara itu, idealnya,  tokoh-tokoh masyarakat segera turun tangan menyerahkan dan mengamankan para pelaku secepatnya ke pihak berwajib. 

Cara Menghindari Persekusi

Tidak ada orang yang suka dihina. Tidak ada orang yang suka difitnah. Tidak ada orang yang suka tempatnya dijadikan tempat kejah4tan/kemungkaran. Oleh karena itu, cara terbaik menghindari persekusi dari seseorang atau sebuah kelompok yaitu jangan pernah menghina/memfitnah orang lain. Jika berbeda pandangan, pendapat, ide, keyakinan, atau tidak setuju dengan apa yang orang lain lakukan, maka ungkapkanlah pada tempatnya dan selesaikan secara baik-baik. Begitupun dengan bentuk kejah4tan yang meresahkan masyarakat. Jangan pernah melakukannya sekalipun itu menyenangkan hatimu. Hormati hak-hak orang lain. Meski cari uang itu susah, bukan berarti harus menghalalkan segala cara. 

Adakah Persekusi yang Baik?

Sekali lagi, jika persekusi itu disamakan dengan main hakim sendiri, agak-agaknya saya pribadi kurang setuju. Saya lebih suka mengartikan persekusi itu sebagai reaksi yang terjadi karena adanya aksi yang melanggar hak-hak orang lain yang tidak sampai main hakim sendiri. Sementara main hakim sendiri adalah aksi berlebihan yang dilakukan oleh seseorang/kelompok terhadap seseorang/kelompok lain yang melakukan tindakan meresahkan - biasanya ditandai dengan pemukul4n atau aksi keker4san

Jadi, adakah persekusi yang baik? Menurut saya, ada. Seseorang atau kelompok yang membantu penegak hukum untuk menangkap pelaku yang terbukti telah melakukan fitnah, penghinaan, atau aksi-aksi lain yang meresahkan masyarakat tanpa disertai reaksi main hakim sendiri lalu membawanya ke pihak berwajib adalah salah satu bentuk persekusi yang baik, dan bahkan diperlukan. Masyarakat modern wajib cepat tanggap melawan segala bentuk kr1minal agar tidak terjadi lagi kr1minal yang berulang-ulang. 

Contoh Persekusi (bukan Main Hakim Sendiri)

Baru-baru ini, sebuah video viral di medsos tentang aksi main hakim sendiri yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu terhadap muda-mudi pelaku me5um. Kejadian ini akan aman-aman saja andai pelaku diserahkan baik-baik ke pihak pemerintah atau aparat setempat tanpa ada aksi penel4njangan atau k3kerasan. Namun, faktanya, terakhir diberitakan oknum yang melakukan persekusi tersebut diduga mengandung unsur main hakim sendiri, sehingga para pelaku telah diamankan oleh pihak berwajib. Idealnya, kejah4tan memang tidak perlu diselesaikan dengan kej4hatan baru bukan?

Contoh lainnya yaitu reaksi penangkapan para warga (yang sedang siskamling) terhadap oknum/kelompok tertentu yang tengah/telah melakukan aksi pencur1an/per4mp0kan/pemerk0saan yang dilakukan untuk diserahkan ke pihak berwajib. 

Penutup

Jika Anda dihina, sanggupkah tidak melakukan persekusi (bukan main hakim sendiri)? Saya yakin, tidak semua orang sanggup bertahan dan begitu mudah mengikhlaskan atas perlakuan kej4hatan yang merenggut harga diri atau kehormatan seseorang. Misalnya, ketika seseorang mengh1na keyakinanmu, meb11nuh keluargamu, atau mengganggu istri/anak-anak perempuanmu.

Di saat itulah persekusi (hingga main hakim sendiri) sangat mungkin terjadi. Karena itulah kita butuh penegakan/penindakan hukum yang adil dan tegas, yang tidak tumpul ke atas, dan tajam ke bawah. Jadi, sesungguhnya "persekusi" itu terjadi bukan karena menurunnya akhlak atau moralitas masyarakat. Mungkin saja penegakan hukum tampak lemah, kurang adil, sehingga masyarakat enggan bertumpu padanya. Bagaimana menurut Anda?

No comments:

Post a Comment

Terimakasih atas kepatuhannya melakukan komentar yang sopan, tidak menyinggung S4R4 dan p0rnografi, serta tidak mengandung link aktif, sp4m, iklan n4rk0ba, senj4t4 ap1, promosi produk, dan hal-hal lainnya yang tidak terkait dengan postingan. Jika ada pelanggaran, maaf jika kami melakukan penghapusan sepihak. Terimakasih dan Salam blogger!