Puisi Motivasi - Untukmu Yang Terluka - INIRUMAHPINTAR.com

Puisi Motivasi - Untukmu Yang Terluka

INIRUMAHPINTAR - Setiap manusia pasti pernah merasakan sedih, terpuruk, atau kehilangan semangat hidup. Penyebab utamanya ada dua. Pertama, karena ulah manusia itu sendiri, keliru dalam memilih jalan hidup. Kedua, karena manusia tersebut sedang diuji keimanannya oleh Allah SWT.

Lalu, bagaimana menghadapinya? Tidak ada yang bisa mengubah keadaan menjadi lebih baik tanpa keinginan yang kuat dari manusia yang mengalaminya sendiri, meski setiap saat mendengarkan saran, motivasi, atau petuah-petuah dari lingkungannya. Oleh karena itu, jika masih ingin hidup, manusia yang sedang terluka karena alasan apapun, hanya punya dua pilihan. Pertama, segera menyesali kekeliruannya di masa lalu serta memaafkan dirinya dan pihak-pihak terkait. Kedua, mengembalikan satu-satunya pengharapan dan doa kepada sang Maha Penyembuh luka dan Maha Pemberi Petunjuk, Allah SWT. Sedikit saja salah dalam bersikap, iman adalah taruhannya. Jadi, sekiranya manusia yang terluka tersebut masih menggenggam iman dan taat di dalam hatinya, yakinlah bahwa Allah selalu bersama-Nya.

sumber ilustrasi : pixabay.com

Memang lebih mudah mengatakan daripada melakukan. Namun, manusia seyogyanya adalah makhluk sosial. Artinya, selalu butuh dengan manusia yang lain. Oleh karena itu, bersikap legowo dan ikhlas menerima wejangan adalah pilihan yang patut dicoba. Mungkin saja, sepenggal kalimat petuah mampu mengubah keadaan. Misalnya dengan membaca puisi motivasi berikut ini:

Karya : Ahn Ryuzaki

Kawan,
Aku mengerti dirimu terluka parah tanpa darah
Bagai jantung tertusuk belati dan bersarang panah
Terjebak dalam pusaran pilihan yang serba salah
Tidak berdaya tersungkur lemah kehilangan arah

Kawan, 
Aku paham bangkit dari jatuh tidaklah mudah,
Bagai memintal besi baja yang terlanjur patah,
Tetapi, andai dirimu benar-benar ingin berubah,
Tak usah berlama-lama berpisah dengan susah,

Kawan,
Aku tahu dirimu terkadang masih tidak percaya,
Begitu mudah potret bahagia sirna begitu saja,
Hilang bersama harapan dan cita-cita bersama,
Bagai fatamorgana zam-zam di gurun Sahara,

Kawan,
Bukan hanya dirimu mengalami defisit suka cita,
Malah di luar sana kafilah bingung mau kemana,
Meski berhijrah mustahil kembali seperti semula,
Maka dirimu baiknya berbangga dan bijaksana,

Kawan, 
Apa lagi yang kamu tunggu,
Berhentilah meratapi masa lalu,
Tenteramkan hatimu dan jiwamu,
Menjemput takdir yang menunggumu,

Kawan,
Aku sangat mengerti dirimu bukanlah penakut,
Seperti macan tutul bersembunyi di lubang siput,
Maka jangan sia-siakan sisa hidup untuk merumput,
Tengoklah dedaunan hijau dan buah segar menyahut, 

Kawan, 
Berhentilah berprasangka tidak-tidak pada rencana Allah,
Yakinlah bahwa di balik khilaf ada maaf dan jalan mudah,
Cukup pastikan jiwa raga kembali sempurna menengadah,
Giat Ibadah dan memeluk berkah dalam sujud istiqamah.

Dari sebuah tempat di istana peraduan pujangga, 29 September 2016

Makna Puisi - Untukmu Yang Terluka

Puisi ini adalah ungkapan hati penulis terhadap seorang kawan yang dia kenal. Namun, tidak berarti bahwa pesan puisi untuk kawannya saja. Melainkan diperuntukkan untuk siapa saja yang merasakan hal sama. Dalam puisi ini, penulis ingin menghibur kawannya yang mengalami kepedihan atau sakit hati.  

Di bait pertama, penulis bertenggang rasa terhadap apa yang dialami oleh kawannya. Penulis ingin menyertakan diri dalam situasi pelik yang dihadapi oleh sohibnya tersebut. Sepertinya kawan penulis berada pada kondisi terpuruk dan bingung mau melakukan apa. Pilihan dilematis dan kerisauan yang seakan meruntuhkan semangat hidupnya tersebut berusaha penulis atasi melalui pesan damai dan ajakan untuk menenangkan diri.

Di bait kedua, penulis kembali mengungkapkan pengertian yang luar biasa. Penulis benar-benar paham akan kejadian yang menimpa kawannya. Namun, penulis merangkul sang kawan dan ingin mengantarnya ke proses yang lebih baik. Proses yang akan menuntunnya menjadi pribadi yang lebih super dan bijak. Apalagi, setiap kesalahan dan kekhilafan di masa lalu bukanlah untuk mematikan karakter tetapi baiknya menjadi cambuk perubahan dan introspeksi diri. Penulis juga mengingatkan bahwa bersedih adalah hal yang tidak bisa dihindari. Namun demikian, agar tidak terpasung penderitaan, tidak baik berlama-lama menggenggam sekam kepedihan. 

Di bait ketiga, penulis kembali merepetisi ajakannya kepada sang kawan. Penulis menegaskan bahwa setiap harapan dan impian tidak selamanya sejalan dengan kenyataan. Terkadang di dalam hidup, ada saja lika-liku yang tidak bisa dihindari. Jika tidak dihadapi dengan pikiran jernih, bukannya makin sukses atau membaik, hidup akan semakin susah dan berat. Oleh karena itu, cita-cita yang tidak kesampaian, entah itu berhubungan dengan asmara atau pekerjaan, cukup dijadikan pelajaran dan bahan muhasabah agar kelak dapat semakin waspada dan hati-hati menentukan sikap. 

Di bait keempat, penulis tidak jemu-jemunya membisikkan nilai-nilai kebaikan kepada sang kawan. Penulis meneguhkan bahwa terkadang di dalam hidup, maju kena mundur kena. Artinya, jika kita kembali ke masa lalu pasti akan sakit dan terluka. Begitupun, terus melangkah dan meninggalkan masa lalu juga dikhawatirkan meninggalkan rasa sakit kepada orang lain. Begitulah ujian hidup. Makanya, harus berhati-hati memilih ketetapan pilihan. Jangan mudah tertipu oleh gemerlap duniawi. Tidak semua kebenaran tampak terang di hadapan mata. Begitu pun dengan keburukan, tidak semua terbalut oleh kegelapan, tidak jarang datang dengan wajah manis disertai iming-iming kesenangan. Yah, dunia penuh ujian dan cobaan. Semua harus dijalani dengan penuh ketelatenan.

Di bait kelima, penulis semakin menguatkan pesannya agar sang kawan tidak terus menunda-nunda untuk move on. Tidak ada gunanya berlama-lama dengan kemurungan. Masa lalu yang kelam harusnya dikubur dalam-dalam. Lebih baik menghela nafas panjang sembari merefleksi diri. Niat yang baik insya Allah akan bermuara pada tujuan yang baik pula. Oleh karena itu, Yakinilah bahwa ada takdir yang lebih elok menanti di depan sana. Namun, untuk menggapainya tidak dengan berdiam seraya berkusut-kusutan saja. Mau tak mau, harus ada gerakan. Minimal dengan berhenti berduka lama-lama.

Di bait keenam, penulis ingin agar sang kawan kembali memiliki keberanian seperti sedia kala. Keberanian yang layaknya ada dalam panji-panji seorang pria sejati. Tidak boleh kalah dan menyerah hanya karena mengalami tumbukan kecil. Lagipula, apa gunanya berkawan dengan kekeringan. Apa artinya bersemayam di kegelapan rasa. Jika ada ruang lain di balik layar yang terbuka dan disiapkan, mengapa harus menolak. Bukankah menyegerakan untuk ke singgasana yang lebih indah tersebut adalah pilihan tepat. Percayalah, segala sesuatunya telah diatur oleh Allah. Setiap manusia memiliki tujuan penciptaannya masing-masing. Jadi, buat apa risau. Lakukan yang terbaik dan yang ada di hadapan mata dulu. Setelahnya jalan-jalan lain akan terbuka.

Di bait ketujuh atau terakhir, penulis mengetuk pintu hati para pemurung atau penganut keputus-asaan. Allah telah menjamin seluruh makhluk di bumi ini. Semua telah ditetapkan perannya di muka bumi tanpa ada kesilapan sedikitpun. Oleh karena itu, jika kita mengimani Allah sebagai sang Maha Kuasa, Pengasih dan Penyayang, mengapa berburuk sangka pada-Nya? Yakinlah, tidak semua rasa pahit itu adalah racun. Bisa saja itu adalah obat sekaligus gerbang menuju kesembuhan dan kebahagiaan. Lebih baik fokus pada tujuan penciptaan kita sebagai manusia, yang diamanahkan untuk menjadi khalifah di muka bumi dengan cara memaksimalkan penghambaan, memantapkan ibadah, memperbanyak amal sholeh, dan terus berzikir kepada Allah SWT.

No comments:

Post a Comment

Terimakasih atas kepatuhannya melakukan komentar yang sopan, tidak menyinggung S4R4 dan p0rnografi, serta tidak mengandung link aktif, sp4m, iklan n4rk0ba, senj4t4 ap1, promosi produk, dan hal-hal lainnya yang tidak terkait dengan postingan. Jika ada pelanggaran, maaf jika kami melakukan penghapusan sepihak. Terimakasih dan Salam blogger!